Non-fiction
The Journal of a Muslim Traveller
Perjalanan pada hakikatnya harus memiliki nilai. Entah nilai yang bersifat transenden ataupun idealis, sehingga ia tak sebatas menikmati sebuah pelesiran. Perjalanan yang tak memiliki nilai sama artinya dengan menafikan keberadaan manusia sebagai makhluk yang membawa sifat-sifat keilahian. Heru Susetyo, seorang petualang dan aktivis HAM, memberi makna lebih dari ungkapan di atas dalam setiap perjalanannya. Ia menyapa anak-anak di Siem Reap-Kamboja. Pattani-Thailand. dan di Mindanao-Filipina, yang hidup dalam kesederhanaan. Menyapa para mualaf dari jepang. Belanda, Jerman, hingga Republik Ceko yang semangatnya selalu menyala. Pengalamannya menjejak puluhan negara di lima benua, begitu dalam dan beragam. Dan darinya kita mencatat bahwa perjalanan layaknya sebuah ekstase yang akan melahirkan energi baru dalam kehidupan.
1344/09 | 297 Sus j | Perpustakaan SMA | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain